Lagu daerah di Indonesia yakni lagu dari daerah tertentu atau wilayah budaya tertentu, lazimnya dinyatakan dalam syair atau lirik bahasa wilayah (daerah) tersebut baik lagu rakyat maupun lagu-lagu ciptaan baru. Tanah air Indonesia sangat kaya dengan lagu-lagu daerah. Hampir setiap daerah memiliki lagunya sendiri-sendiri sebagai gambaran kehidupan masyarakat setempat secara umum.
Dalam dunia pendidikan khususnya pada satuan pendidikan SMP, lagu daerah sangat penting untuk diketahui dan dipelajari seiring dengan laju kemajuan teknologi informasi yang banyak menggerus nilai kearifan lokal. Karena lagu-lagu daerah tersebut mengandung nilai filosofis dan nilai kehidupan yang baik tentang berbangsa dan bernegara. Kemudian dalam tumbuh kembangnya, peserta didik tidak kehilangan jati diri dan identitasnya sebagai manusia dengan profil pelajar Pancasila.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, penulis mengambil salah satu lagu daerah Sunda yang berjudul “Sabilulungan.” Lagu “Sabilulungan” merupakan kawih degung bertema perjuangan dan persatuan, diciptakan oleh seniman Sunda Koko Koswara atau yang lebih dikenal dengan nama Mang Koko (1937-1985). Berikut potongan lirik lagu Sabilulungan:
Kemudian ditinjau dari terjemahan bahasa Indonesia:
Secara umum lirik lagu “Sabilulungan” berisi tentang pentingnya gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kemudian menceritakan juga tentang pentingnya persatuan, saling mendukung, dan sikap untuk menyingkirkan perbedaan demi mencapai tujuan bersama.
Dewasa ini, pentingnya rasa persatuan mulai nampak pudar dalam kehidupan remaja seusia SMP. Dilansir goodstats.id: “…kelompok usia 10 hingga 19 tahun menempati posisi ke-2 pengguna TikTok terbesar dengan raihan persentase sebesar 28 persen. Posisi ke-3 diraih oleh kelompok usia 30 hingga 39 tahun dengan raihan persentase pengguna sebesar 18 persen.”
Melalui data tersebut, penulis juga menyadari bagaimana sosial media berdampak pada kehidupan mereka. Memang dampak positif dari bersosial media sangat banyak dan bermanfaat. Namun sedikitnya dampak negatif dari sosial media bisa terlihat dari bagaimana mereka mudah terprovokasi, mudah berkomentar negatif, kurang mengapresiasi tindakan dan karya orang lain, dll.
Mengingat usia remaja setingkat SMP bisa dibilang sedang “labil” dan belum bisa menyeleksi informasi yang positif dan negatif dengan baik. Di situlah rasa persatuan mereka memudar, karena kecenderungan untuk hidup lebih “individualis” yang kemudian buruknya meninggalkan rasa persatuan itu sendiri
Penulis ingin memberikan refleksi atau penyadaran kembali tentang pentingnya persatuan yang dimaksud melalui lagu “Sabilulungan.” Ketika semua peserta didik mampu mengapresiasi tindakan dan karya seseorang, tentang hidup bergotong royong. Hal yang diharapkan adalah mereka bisa meneladani nilai profil pelajar Pancasila dengan aksi yang nyata.
Guru seni budaya, pelaku musik tradisional Sunda. Bergabung di Percéka sejak 2005