Perceka Art Centre mendapat kesempatan baik untuk mengahdiri kegiatan upacara adat Seren Taun, yang digelar oleh masyarakat adat kasepuah Ciptamulya, Sukabumi selatan. Kesempatan tersebut didapat atas undangan langsung dari Abah Anom, yang juga merupakan sesepuh utama di kasepuhan adat Ciptamulya. Perceka sangat mengapresiasi undangan tersebut dan menjadi sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Berikut ini dipaparkan rangkaian kegiatan upacara sérén taun yang sempat Percéka saksikan.
Acara puncak upacara sérén taun dilaksanakan pada hari minggu tanggal 1 September 2013 di lapangan utama kasepuhan Ciptamulya. Rangkaian acara dimulai dengan mengantar arak-arakan padi dari huma (ladang) untuk di bawa ke lapangan utama, tempat Leuit Si Jimat berada. Leuit si Jimat adalah leuit (lumbung padi) utama yang dijadikan sentral dalam upacara adat sérén taun. Arak-arakan padi disertai dengan rombongan sesepuh dan berbagai jenis kesenian tradisional khas kasepuhan Ciptamulya. Kesenian yang mengiringi arak-arakan padi tersebut diantaranya angklung buhun, rengkong, dan jipéng.
Arak-arakan masuk melalui gerbang utama kompleks bumi ageung (rumah besar/utama) kasepuhan lalu berputar mengellilingi lapangan sebanyak tiga kali. Setelah itu ditampilkan satu persatu kesenian khas di tengah lapangan untuk disaksikan oleh barisan sesepuh di teras bumi ageung, juga disaksikan oleh masyarakat yang hadir. Masyarakat begitu antusias menyaksikan berlangsungnya rangkaian upacara. Sekitar lebih dari 2000 orang menyaksikan upacara sérén taun ini, baik warga setempat ditambah dengan masyarakat luar yang turut antusias.
Pertunjukan Kesenian
Kesenian yang ditampilkan di tengah lapangan yaitu seni tutunggulan, yang merupakan pertunjukan proses menumbuk padi menggunakan halu dan lisung tradisional. Tutunggulan dilakukan oleh ibu-ibu yang telah biasa menumbuk padi untuk keperluan konsumsi, sehingga seni ini terlihat sangat natural apa adanya. Pertunjukan lalu dilanjutkan dengan seni rengkong. Rengkong adalah sebuah pertunjukan unik dengan menampilkan rombongan pria yang memikul padi dengan digoyang-goyangkan berirama. Goyangan dari pikulan tersebut menghasilkan suara khas, seperti suara ratusan kodok yang saling bersahutan. Padi yang dibawa setelah pertunjukan rengkong selesai, lalu disimpan sementara di dekat Leuit Si Jimat.
Setelah itu ditampilkan seni debus atau ilmu kekebalan yang dilakukan oleh dua orang ahli debus di depan barisan sesepuh dan penonton lainnya. Penampilan debus dimulai dengan mendemonstrasikan bahwa senjata tajam (golok) yang digunakan memang asli dan bisa memotong benda. Kemudian mulailah kedua pria tersebut menunjukkan kekebalan fisiknya dengan menghujamkan golok ke perut, leher, dan kakinya tanpa mengalami luka sedikitpun. Pertunjukan ditutup dengan penampilan tarian rampak kendang dengan iringan gamelan lengkap. Setelah seluruh pertunjukan selesai, Abah Anom dan Ema Anom (istrinya) dengan dibarengi barisan sesepuh mengarak padi utama ke Leuit Si Jimat.
Prosesi Ngaleuitkeun
Padi yang sebelumnya telah disimpan di depan Leuit Si Jimat, akan dimasukkan ke dalam Leuit Si Jimat melalui sebuah prosesi yang disebut ngaleuitkeun. Prosesi ini merupakan puncak dari segala rangkaian upacara dan ritual yang telah dilaksanakan sebelumnya selama beberapa hari. Prosesi diiringi oleh lantunan kidung dan alunan suling. Sesaat sebelum Abah dan Ema Anom memasukkan padi, dilakukan doa bersama yang disertai oleh ngukus (membakar wewangian kemenyan/gaharu). Barulah setelah do’a selesai diucapkan, padi mulai dimasukkan ke dalam leuit. Sementara padi sedang dimasukan ke dalam leuit, tim seni angklung buhun dan dogdog lojor mengitari leuit tersebut.
Orang yang pertama memasukkan dan menyimpan padi ke dalam leuit yaitu Abah Anom dan Ema Anom, dilanjutkan oleh sesepuh lainnya. Setelah para sesepuh, dilanjutkan oleh para pejabat pemerintahan setempat dan pihak berwenang yang turut memiliki andil dalam terselengaranya upacara sérén taun secara keseluruhan. Prosesi dilangsungkan hingga seluruh padi yang tadinya disimpan sementara di depan leuit disimpan ke dalam leuit. Lalu, dilanjutkan dengan acara penutup berupa pertemuan besar di aula utama. Pertemuan di aula utama itu dihadiri oleh seluruh pejabat pemerintahan yang telah diundang, para tamu undangan khusus dan seluruh sesepuh adat di kasepuhan Ciptamulya.
Kegiatan upacara sérén taun yang telah dilakukan selama beberapa hari di kasepuhan Ciptamulya merupakan ungkapan rasa syukur atas berlimpahnya hasil bumi ketika panen, terutama padi. Padi adalah plasma nutfah utama yang harus dimuliakan, karena dapat memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat adat kasepuhan. Oleh karena itu, upacara sérén taun sudah selayaknya dilakukan oleh masyarakat adat kasepuhan Ciptamulya sebagai kearifan lokal yang harus terus dijaga, demi terciptanya ketahanan pangan dan kesejahteraan sosial.
Sampurasun!
Wilujeng sumping di web Percéka Art Centre. Web ini berisi beragam informasi seni dan budaya Sunda. Semoga bermanfaat.
hanjakal teu di cianjur tempatna