Didaftarkan Teman, Tidak Tahu Jika Jadi Juara
Oleh: Siska Dian Klaresia
Sosok Tatang Setiadi adalah figur seniman yang sederhana. Darah seni yang mengalir dalam tubuhnya warisan orang tuanya, membawa ia mampu menghasilkan beragam karya menjadi lebih hidup. Begitupun dengan setiap dongeng yang dituliskan dalam buku perdananya.
Buku Asal-Usulna hayam Pelung jeung Dongeng-dongeng Cianjur Lianna karya Tatang Setiadi diganjar penghargaan sebagai buku bacaan anak-anak terbaik. Yayasan Rancage memberikan Hadiah Samsudi tahun 2012. Buku dongeng anak-anak ini merupakan buku pertama yang berisi sejarah dan kisah leluhur Cianjur.
Anak-anak butuk vitamin, begitulah ia mengistilahkan situasi dan kondisi anak-anak yang saat ini semakin jauh dari dunia bacaan. Bahkan, sejarah para leluhurnya tidak ada yang memperkenalkan kepada mereka. “Saat diperkenalkan kepada anak-anak, mereka telihat sangat antusias,” jelas ayah tiga orang anak ini kepada Cianjur Ekspres kemarin (1/12).
Ia mengaku tidak mengetahui jika bukunya keluar sebagai pemenang dan menerima penghargaan tersebut. Sebab, menurut pemahamannya, menuliskan sebuah cerita yang berisi sejarah dan mitos yang paling banyak terjadi di Cianjur. Penghargaan Samsudi merupakan penghargaan yang diberikan dalam kategori bacaan kanak-kanan dalam bahasa Sunda. “Saya bahkan tidak tahu pengumuman pemenangnya. Sebab yang saya ketahui di tahun 2011 lalu, hasil karya tulis saya masih dalam bentuk kasar. Tidak menyangka diterbitkan dan dinilai,”ungkap suami dari Iim Suprihatin ini.
Tatang adalah seniman kelahiran Buah Batu, Bandung pada 24 Desember 1954. Dia lebih dikenal sebagai penari dan koreografer Sunda profesional sejak 1972, tapi minatnya juga merambah ke berbagai kesenian lain, termasuk menulis pidato dan dongeng bahasa Sunda serta menciptakan ratusan lagu Sunda. Di rumahnya di Cianjur, Jawa Barat, dia mendirikan Yayasan Perceka Art Centre, tempat dia melatih berbagai jenis kesenian Sunda kepada anak-anak.
Gaya Tutur dan sajian sederhana yang Ia tulis memang sengaja diperuntukan bagi anak-anak. Namun ada sejarah di sana, ada sebuah cerita yang tidak diceritakan orang tua, guru bahkan para gurunya di kelas. Ini lebih pada bagaimana daya ruang anak memahami dan mencerna apa yang ingin diceritakan si penulis. Seperti cerita asal-usul ayam pelung, tempat mandi badak putih, dan situs megalitikum Gunung Padang, Jayasasana, sejarah Citarum, pajaratan Kabayan, hingga cerita kuda kosong.
“Sebelumnya, judul buku ini Talutur Cianjur yang berisi sembilan dongeng rakyat. Sedikit demi sedikit mulai digarap sejak tahun 2000 lalu dengan mendatangi dan bersumber pada riset-riset yang dilakukan cukup lama dan bersumber dari informasi mulut ke mulut yang terus dikembangkan”, nya.
Berdasarkan informasi, buku hasil karya Tatang Setiadi yang diterbitkan PT Kiblat Buku Utama ini, mampu mengalahkan empat buku bacaan anak-anak berbahasa Sunda karya Aan Merdeka Permana dalam perebutan untuk mendapatkan Hadiah Samsudi, pengharagaan untuk bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda yang diberikan oleh Yayasan Kebudayaan Rancage setiap tahunnya. Dalam keputusan yang disiarkan Ajip Rosidi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, pada Selasa, 31 Januari 2012, buku Tatang Setiadi dinyatakan sebagai penerima Hadiah Samsudi 2012.
Sumber: Cianjur Ekspress, Kamis, 2 Februari 2012
Sampurasun!
Wilujeng sumping di web Percéka Art Centre. Web ini berisi beragam informasi seni dan budaya Sunda. Semoga bermanfaat.