Sempat Berjabat Tangan dengan Jenderal Komunis
Bisa berjabat tangan dengan tokoh sekelas Jenderal Komunis di Korea Utara bisa dikatakan beruntung. Hal itu dialami Tari Pinasti (14), seniman pemetik kecapi Cianjuran. Saat berusia 10 tahun ia sangat dihormati oleh sang jenderal. Berikut penuturannya.
Tari Pinasti. Begitu nama lengkap gadis berusia 14 tahun yang saat ini duduk di bangku SMP Negeri 4 Cianjur ini. Dia telah memiliki segudang pengalaman. Namun, sekilas tak ada yang berbeda dibanding gadis sebayanya.
Ade, panggilan akrab Tari, memang pantas mendapatkan penghargaan kesenian tingkat internasional. Kepiawaiannya dalam memetik kecapi tidak bisa disangsikan lagi.
Salah satu keberhasilan anak bungsu pasangan seniman Tatang Setiadi (50) dan Iim Suprihatin (43) ini ialah pernah menyabet medali perak dalam ‘The 22nd April Spring Friendship Art Festival 2004’ di Pyongyang, Korea Utara, pada 10 hingga 13 April 2004.
Ketika keberangkatan maupun kepulangan Ade, saat itu memang tidak banyak yang tahu. Pemerintah Kabupaten Cianjur pun seakan-akan tidak mengetahui bakat serta kepiawaian Tari. Keberangkatannya ke Korea Utara bukan sebagai duta Cianjur tetapi mewakili Provinsi Jawa Barat. Kesenian yang dibawakannya merupakan seni ‘kelahiran’ Cianjur, yakni tembang Cianjuran.
Bertarung dengan peserta dari 59 negara, Ade hanya dikalahkan oleh sebuah orkestra yang dimainkan oleh orang dewasa dari Rusia. Ade sendiri dalam festival tersebut membawakan Rajah Cianjuran dan lagu Korea Utara berjudul Sam Day Ya Ranga.
Keduanya dibawakan dengan iringan alat musik kecapi yang dipetiknya. Dan, Ade merupakan peserta paling muda di antara 59 kontingen negara dalam festival tersebut. Usai pengumuman, Ade dinobatkan sebagai juara kedua dengan meraih medali perak dan trofi khusus seberat 5 kilogram.
“Saat itu anak saya menjadi perhatian semua peserta dan penonton. Betapa tidak, anak kecil mampu mengalahkan para peserta yang nota bene sudah dewasa. Bahkan saat pemberian hadiah langsung diberikan oleh salah satu jenderal terkenal di negeri Komunis itu,” kenang Tatang saat Radar bertandang ke rumahnya akhir pekan kemarin.
Namun, untuk bersalaman dengan seorang jenderal di sana, pengamanannya sangat ketat. Saat kedatangan ke Korea Utara, seluruh peralatan elektronik, termasuk handphone sempat ditahan petugas bandara. “Begitu pun ketika bersalaman dengan sang jenderal, anak kami dikawal ketat,” tutur Tatang menirukan cerita Tari.(*)
(NANANG RUSTANDI)
One thought on “Tari Pinasti, Mendulang Prestasi di Negeri Orang”