Petik Kecapi ke Berbagai Negeri
Tubuhnya mungil. Wajah kenesnya sering kali tersipu di balik kerudung putihnya. Usianya masih sangat muda, 13 tahun, dan baru duduk di kelas II Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Cianjur. Prestasinya telah mendunia.
Tari Pinasti, atau biasa disapa Ade, memiliki segudang prestasi. Itu bisa ditengok di rumah orang tuanya di Jalan Suroso, Cianjur.
Di sepanjang dinding ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga terpajang berbagai trofi, piagam, dan foto-foto sewaktu manggung di berbagai belahan dunia. Dia piawai menembang dan bermain kecapi.
Malaysia, Thailand, hingga Amerika Serikat sudah pernah Ade injak. “Terakhir, aku baru pulang dari Laos mengikuti festival seni dan budaya tradisional ASEAN,” tuturnya.
Ada peristiwa yang tak akan pernah Ade lupakan saat dia meraih medali perak dalam The 22nd April Spring Friendship Art Festival 2004 di Pyongyang, Korea Utara.
Waktu itu Ade menjadi peserta termuda di antara para peserta dari 59 negara. Dengan membawakan lagu Rajah Cianjuran dan lagu rakyat Korea Utara, Sam Day Y Ranga, Ade dikalahkan oleh orkestra dari Rusia.
Penyelenggara kegiatan mengabadikan kecapi Ade di Museum Kebudayaan Kim Il-sung. Sebuah prestasi yang tak akan dia raih tanpa upaya keras.
Ayahnya, Tatang Setiadi, pemimpin grup kesenian Perceka di Cianjur, yang membimbing Ade. Dia belajar memainkan kecapi sejak usia lima tahun. Pada usia tiga setengah tahun dia sudah belajar mamaos (tembang Cianjuran).
“Sebelum masuk taman kanak-kanak, Ade bisa nembang tiga pupuh (lagu), yakni pupuh Balakbak, Kinanti, dan Maskumambang,” tutur Tatang.
Anak bungsu dari tiga bersaudara itu juga mahir menari. Tarian pertama yang dikuasainya cukup susah, yaitu tarian klasik Sunda, Sekarputri dan Purbasari.
Prestasi tak membuat gadis belia ini besar kepala. Dia tak canggung bermain bersama pengamen jalanan. DEDEN ABDUL AZIZ
>>Dari Aslinya
One thought on “Petik Kecapi ke Berbagai Negeri”